Saya pernah salah mempercayakan arah perjalanan saya kepada seorang sopir taxi. Beberapa hari yang lalu dalam suatu perjalanan ketika menuju suatu tempat sang sopir menanyakan kepada saya apakah kita akan melewati jalan A. Lalu kemudian saya menjawab "lewat jalan B juga tidak apa-apa". Karena saya pikir jalan B tentu lebih mudah karena tidak berliku-liku dibanding jalan A meskipun keduanya dapat ditempuh dengan waktu yang sama. Tetapi di akhir perkataan saya mengatakan kepadanya "terserah Bapak". Sebenarnya maksud saya adalah boleh melewati jalan A atau jalan B.
Ternyata kata terserah membawa saya tidak melewati jalan A atau B melainkan jalan C, yang menurut saya jalan tersebut menempuh perjalanan yang lebih panjang dan lebih lama. Saya tidak komplain saat itu karena saya telah menyebut kata "terserah bapak". Jujur agak mengecewakan saya :)
Kejadian itu membuat saya merenung. Sama dengan hidup kita ini. Bagaimana jadinya jika kita salah mempercayakan perjalanan hidup kita ini. Seringkali kita telah berpikir bahwa kita telah cukup mempercayakan hidup kita kepadaNya, namun seringkali kita berjalan sesuai dengan keinginan kita sendiri.
Seringkali kita berpikir sudah cukup taat kepadaNya namun seringkali itu juga kita sering mengecewakanNya. Jika kita mau mempercayakan hidup kita kepadaNya maka itu berarti hidup yang kita jalani adalah hidup yang penuh ketaatan.
"The Lord is my shepherd, I shall not be in want. He makes me lie down in green pastures, he leads me beside quiet waters, he restores my soul. He guides me in paths of righteousness for his name's sake. Even though I walk through the valley of the shadow of death, I will fear no evil, for you are with me; your rod and your staff, they comfort me. You prepare a table before me in the presence of my enemies. You anoint my head with oil; my cup overflows. Surely goodness and love will follow me all the days of my life, and I will dwell in the house of the Lord forever." - Psalm 23.